FC Barcelona

Sabtu, 25 April 2015

psikologi pendidikan




PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun sebagai tugas ulangan tengah semester



Dosen Pengampu : Nuraida, M.Si.






 

















                                 Disusun oleh    Dean Wardana


Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015


UTS Psikologi pendidikan

A.DEFINISI

Menurut Alice Crow mengatakan psikologi pendidikan adalah studi tentang belajar, pertumbuhan, kematangan seorang individu dan penerapan prinsip-prinsip ilmiah mengenai reaksi manusia yang mempengaruhi belajar mengajar.

Pandangan penulis tentang definisi diatas bahwasannya psikologi pendidikan merupakan cabang dari ilmu psikologi atau kolaborasi antara dua cabang ilmu yang mengkhususkan diri pada cara memahami proses pembelajaran, pengajaran, pertumbuhan sampai kematangan dan penerapan-penerapan yang bisa mempengaruhi dalam kegiatan belajar dan mengajar.

B. MANFAAT

Dalam setiap proses belajar pasti terdapat manfaat yang bisa diambil, begitupun manfaat kita mempelajari suatu cabang ilmu, seperti psikologi pendidikan. Adapun manfaatnya kita bisa memahami kondisi dan faktor psikologi yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran sehingga mampu memilih perlakuan yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajarang yang efektif dan efisien. Mulai dari faktor pertumbuhan atau perkembangan peserta didik.

C. METODE BELAJAR

Terdapat empat metode untuk melakukan riset psikologi dalam bidang pendidikan. 1. Metode eksperimen, 2. Metode kuesioner, 3. Metode studi kasus, 4. Metode penyelidikan klinis.                                      Yang memudahkan saya dalam mempelajari psikologi pendidikan adalah metode kasus, dimana Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan , juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih meluas dan mendalam. Alat yang dipakai juga bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variable yang sukar disimpulkan dalam satuan tertentu, penyelidikan disini dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan mengikuti perkembangan objek yang kita teliti,




D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Hal yang paling menyenangkan dalam belajar psikologi pendidikan adalah ketika mempelajari tentang hal pertumbuhan dan perkembangan. Sebab. Kita dapat mengetahui proses pertumbuhyan dan perkembangan anak dari mulai dalam kandungan kemudian lahir, balita, anak-anak dan sampai ia dewasa. Kita pun bisa tau apa saja tugas-tugas yang perlu dilakukan manusia dari masa ke masa. Dari masa bayi dan anak-anak awal (0-6 bulan), masa anak-anak akhir dan anak sekolah (6-12 tahun), masa remaja (12-21 tahun), masa dewasa (21-30 tahun).

E. TEORI BELAJAR

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner                            tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.  Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.



F. TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE

Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif (Weschler). kecerdasan (intelligence) adalah seperangkat kapasitas, bakat-bakat, atau kecakapan-kecakapan mental. Kapasitas di sini khususnya adalah suatu kapasitas komputasional, yakni kapasitas untuk memproses suatu jenis tertentu informasi.(Howard Gardner). Terdapat 8 kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu; kecerdasan linguistic, kecerdasan logis matematis, kecerdasan musical, kecerdasan spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan bodi kinestetik. Setiap diri seseorang pasti mempunyai kecerdasan yang menonjol atau lebih dominan dari 8 kecerdasan tersebut.               Penulis sendiri menyadari bahwa ada kecerdasan yang menonjol dalam diri penulis, yaitu kecerdasan interpersonal, yakni kepiawaian untuk mengenali individu-individu di luar diri sendiri dan mendeteksi berbagai suasana mental mereka masing-masing, dan untuk membaca alam pikiran dan berbagai maksud dan keinginan individu-individu lain itu, lalu berdasarkan pengetahuan ini bertindak sedemikian rupa untuk memandu dan mengarahkan mereka ke tujuan-tujuan yang sudah digariskan.  Dan Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri.

Adapun cara mengembangkan kecerdasan interpersonal menurut penulis adalah dengan memperbanyak relasi atau hubungan social dan belajar dalam penelitian-penelitian sosial dan manajemen sosial tersebut. Adapun dalam kecerdasan intrapersonal yaitu dengan belajar ilmu ilmu kerohanian atau manajemen diri. Dan berfikir seluas-luasnya untuk belajar suatu bidang ilmu.




G. MOTIVASI                             



Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensita, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Berbicara tentang motivasi, motivasi berasal dari 2 sumber atau bisa disebut motivasi eksternal (dari luar) dan motivasi internal (dari dalam). Dan didala siri setiap orang, masing-masing memiliki motivasi dari luar atau dari dalam dirinya sendiri. Begitupun penulis, saya pun memiliki 2 motivasi tersebut, sebab jika seseorang tidak memiliki motivasi hidup, hidupya tidak akan bergairah atau tidak bersemangat dalam beraktifitas. Semangat saya untuk belajar khususnya pada jurusan saya sebagai motivasi eksternal adalah yang pertama adalah orang tua, sebab orang tua adalah sektor utama bagi saya dalam memotivasi belajar, mereka  yang bekerja keras demi kelayakan pendidikan anak-anaknya agar jauh lebih baik dari mereka, yang kedua adalah guru, guru adalah faktor kedua setelah orang tua, ketika orang tua telah tiada, guru bisa menggantikan peran sebagai orang tua, bahkan ada istilah guru sejati tidak menganggap muridnya sebagai murid, melainkan sebagai anak sendiri. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Yang ketiga adalah sahabat, sahabat adalah teman sepermainan seumuran kita atau tidak jauh dari umur kita yang selalu berada disamping kita penuh canda tawa menghibur, dan membuat kita naik lebih tinggi. Yang keempat adalah Negara saya sendiri. Tanah air tercinta, saya ingin memperbaiki system pendidikan di negri ini, langkah kecil nya adalah bermanfaat untuk orang lain, mendidik generasi-generasi penerus bangsa yang lebih bermoral. Motivasi internal pertama saya adalah  ridho Allah SWT. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sebab tujuan kita hidup hanya untuk mati, yang dibawa hanyalah amal kebaikan.      Yang kedua adalah cita-cita,  setiap orang sadar pasti memiliki cita-cita atau impian yang ingin tercapai. Ketika kita tidak punya cita-cita, maka hidup kita tidak ada tujuan atau dorongan untuk menggapai sesuatu.

H. TEORI BELAJAR

Teori  Belajar kognitivisme adalah teori yang saya sukai, Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

Sedangkan menurut saya teori belajar yang cocok digunakan pada jurusan saya adalah teori kognitivisme seperti apa yang telah disebutkan tadi, dan Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

I . ciri-ciri guru beraliran Behaviorisme 

Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni

1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)

2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)

3. Mementingkan peranan reaksi (respon)

4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar

5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan.

7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.




J. ciri-ciri guru beraliran humanisme

a. Guru Sebagai Fasilitator

            Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):



1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.

2.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

3.      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

5.      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6.      Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

7.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

8.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

9.      Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10.  Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.


Jumat, 24 April 2015

KORUPSI



                                                     


Demografi dan Korupsi
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya korupsi adalah salah satu masalah bagi suatu negara. tidak bisa dipungkiri Pun dengan negara indonesia. Yang beberapa tahun terakhir menjadi sorotan utama media. Dalam pasal 2 UU No 31 /1999 juncto UU No 20/2001 Korupsi didefinisikan sebagai setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan  memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi pun menurut beberapa penelitian dari berbagai negara berkaitan dengan demografi. Untuk menyusun pembangunan khususnya upaya pencegahan korupsi layaknya kita memahami tentang demografi. International unioin for the scientific study of population mendefinisikan demografi sebagai studi ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, dan pertumbuhannya. Data penduduk yang valid dan reliable adalah prasyarat utama pembangunan yang efektif dan adil. Maka dari itu kita perlu menyadari keterkaitan korupsi dengan data kependudukan. Sebab, manipulasi dan korupsi berawal darri data kependudukan yang tak akurat. Penelitian Farzanegan dan Wittihuhn menunjukan bahwa dinamika demografi dan instabilitas politik suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat korupsinya. Berawal dari korupsi yang akan mengurangi lapangan kerja, sementara jumlah penduduk usia produktif yang besar menciptakan tekanan dipasar kerja. Persaingan pun mulai ketat. Berkurangnya kemampuan penegeluaran pemerintah akibat korupsi. Bahkan korupsi yang berlebihan disuatu wilayah manjadi faktor pendorong migrasi keluar. Misalkan daerah-daerah yang tingkat korupsinya tinggi berpotensi ditinggal kan oleh penduduknya yang memiliki keterampilan, prestasi dan pendidikan tinggi, yang akan mempengaruhi pembangunan antar daerah dalam jangka panjang.  Dari semua yang kita ketahui, tindak pidana korupsi adalah musuh nyata yang terjadi di negara kita. Kita seyogyanya sebagai warga yang cinta akan tanah air, ikut prihatin terhadap gejala korupsi akut yang menimpa bangsa kita. Tidak perlu turun aksi/demo atau bertindak anarkis untuk tindak korupsi. Karena kita sebagai manusia yang diberi akal firan yang jernih haruslah berfikir dua kali dalam bertindak.