2.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere,
yang berarti menimbulkan pergerakan. Motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer
Usman : 2000)
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita
yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas
(Davies, Ivor K : 1986). Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan
kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution
: 1995)
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai
proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai
suatu tujuan.Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja
agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat
diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang
alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk
dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di
perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja
maksimal”.
Sementara motif ialah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh
Sartain dalam bukunya Psychology Understnding of Human Behavior :
motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Memang
pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dalam
konteks uraian terdahulu dapat dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau
bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” :suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.
Kesulitan dalam mendefinisikan arti motivasi seperti
dikatakan oleh Atkinson dalam bukunya, An Introduction to Motivation adalah
karena istilah itu tidak memilikia arti yang tetap di dalam psikologi
kontemporer. Itulah pula sebabnya, maka seperti telah dikemukakan
Sartain, menggunakan kata motive untuk pengertian yang
sama.
2.2 Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah
sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan
peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja
(prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun
(2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan
5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan
7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan
beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan
atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada
dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai.
Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi
kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang.
Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah
(relatif) terpuaskan (tabel.1) menyajikan secara ringkas empat jenjang basic
need atau deviciency need, dan satu jenjangmetaneeds atau growth
needs. Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan
pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari
atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan
fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman.
Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan
kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan
muncul kebutuhan meta.
1.
Pemisahan kebutuhan bukan berarti masing-masing bekerja secara eksklusif,
tetapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga orang dalam satu ketika
dimotivasi oleh dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada orang yang kebutuhan basic
need-nya terpuaskan 100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang terpuaskan
(tabel 2):
No.
|
Kebutuhan Terpuaskan
|
Prosentasi terpuaskan sampai
|
1
|
Fisiologis
|
85%
|
2
|
Keamanan
|
70%
|
3
|
Dicintai dan mencintai
|
50%
|
4
|
Self esteem
|
40%
|
5
|
Aktualisasi diri
|
10%
|
Dalam mencapai kepuasan kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli
seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami
ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke
jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang
dikehendaki.
Jenis-jenis teori kebutuhan
1. Kebutuhan
Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat
neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan,
minum,gula, garam, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini
sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan
lain ditinggalkan dan orang berusaha sekuat tenaga, mengerahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
2. Kebutuhan
Keamanan (safety)
Jika kebutuhan fisiologis terpuaskan,
muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum,
keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis
dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan hidup.kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan mempertahankan hidup jangka pendek, sedangkan
keamanan adalah kebutuhan memepertahankan hidup jangka panjang.
3. Kebutuhan
dimiliki dan cinta ( belonging and love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dan
keamanan terpenuuhi, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok
sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Sesesorang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak dilingkungan, dsan kehilangan sahabat atau
kehilangan cinta.
Adsa dua jenis cinta. Yakni Deficiency atau
D-love dan being atau B-love. kebutuhan cinta karena adanya
kekurangan dalam setiap individu itulah D-love. Seseorang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang tidak
membuatnya merasa sendiri. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama. D-love
adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, ingin selalu memperoleh daripada
memberi.
B-love didasarkan pada penilaian
mengenai orang lain yang apa adanya, tanpa adanya keinginana untuk mengubah
atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat untuk memiliki, tidak
mempengaruhi, dan tujuan utamanya adalah memberi orang lain gambaran
positif. Penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan kepada
orang itu untuk berkembang.
4. Kebutuhan Harga
Diri (self esteem)
Semua orang
dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang patologis ) mempunyai
kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan biasanya bermutu
tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang
lain, karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua
perangkat tambahan, yakni pertama keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan,
keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia
serta kemerdekaan dan kebebasan (Abraham H. Maslow : 1993)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai
sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasi melemah, namun masih ada motivasi
harga diri. Ada dua jenis harga diri:
a. Menghargai diri
sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b. Mendapatkan
penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang
penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Seseorang membutuhkan pengetahuan
bahwa dirinya dikenal dengan baik dinilai dengan baik oleh orang lain.
5. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar
terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal dengan
seluruh bakat dan potensi yang dimilikinya. Aktualisasi diri adalah keinginan
untuk memproleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fullfilment),
untuk menyadari semua potensi yang ada dalamdirinya untuk menjadi apapun yang
dapat ia lakukan, dan untuk menjadi seseorang yang kreatif dan bebas mencapai
puncak prestasi dengan potensi yang dimilikinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utruh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari adanya kebutuhan
semacam itu.
2.2.2 Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap
setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus
dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan
orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi
masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
2.2.3 Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai
manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang
kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia
didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung
membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
·
2.2.4 Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan
asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan
bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan
keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator
intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan
faktor-faktor ekstrinsik
2.2.5 Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David
McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu
(Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan pencapaian (need for
achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai
standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan
untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan
berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need for
affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan
dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a. Persepsi seseorang mengenai diri
sendiri
b. Harga diri
c. Harapan pribadi
d. Kebutuhan
e. Keinginan
f. Kepuasan kerja
g. Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain
ialah :
a. Jenis dan sifat pekerjaan
b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c. Organisasi tempat bekerja
d. Situasi lingkungan pada umumnya
e. Sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya.
2.2.6 Teori Atribusi
Atribusi
adalah sebab-sebab yangb menimbulkan hasil perilaku atau usaha dalam belajar
berupa keberhasilan atau kegagalan. Beberapa hal yang menjadi sebab
keberhasilan atau kegagalan dalam belajar adalah kemampuan, usaha, tingkat
kesulitan dan kemudahan soal/tugas, keberuntungan, suasana hati, dan bantuan
atau rintangan dari orang lain. (Santrock, 2007: 519).
2.3 Jenis-Jenis Motivasi
2.3.1 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal individu dan tidak berkaitan denganb tugas yang sedang
dilakukan.
2.3.2 Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik ialah motiovasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor di dalam diri atau melekat dalamn tugas yang sedang dilakukan
2.3.3 Aliran (Flow)
Bentuk tingkat motivasi intrinsik yang tinggi (intens),
yang melibatkan ketertarikan yang tinggi dan konsentrasi pada suatu tugas yang
menantang. (Csikzentmihalyi 1990, 1996 ; Scweinle, Turner & Meyer 2006)
2.4 Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa
Dalam rumusan masalah diatas kami mengamati apakah motivasi itu berpengaruh
dalam prestasti belajar siswa, ternyata sangat berpengaruh yaitu :
Motivasi pada umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap
tugas dengan kata lain, motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan
prestasi sehingga melebih prestasi normal.
Hasil baik dalam pekerjaan yang disertai oleh pujian merupakan dorongan
bagi seseorang untuk bekerja dengan giat. Bila hasil pekerjaan tidak diindahkan
orang lain, mungkin kegiatan akan berkurang. Pujian harus selalu berhubungan
erat dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk
melakukan sesuatu dengan hasil yang baik, sehingga padanya timbul suatu “sense
of succes” atau perasaan berhasil.
Motivasi berprestasi merupakan harapan untuk memperoleh kepuasan dalam
penguasaan perilaku yang menentang dan sulit (Mr. Clelland, 1955).
2.5 Guru dan
Motivasi Pembelajaran
Dalam rumusan tersebut juga dipertanyakan bagaimana cara guru memotivasi
belajar siswa agar menarik minat siswa untuk belajar, motivasi yang diberikan
guru diantaranya :
1. Memberi angka
2. Hadiah
3. Saingan
4. Hasrat untuk belajar
5. Sering memberi ulangan
6. Mengetahui hasil
7. Kerja sama
8. Tugas yang “challenging”
9. Pujian
10. Teguran dan kesamaan
11. Suasana yang menyenangkan
12. Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh murid
13. Hargailah pekerjaan murid
2.6 Usaha Guru
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1. Mengoptimalkan
Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar,
misalnya perhatian siswa, keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran
yang merangsang, dan lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat,
hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga
perhatian, keterlibatan siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar
dapat berfungsi secara optimal.
2. Mengoptimalkan
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah
unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada,
dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan
upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar
dan upaya pengembangannya, kondisi
siswa dan upaya penyiapannya.
3. Mengoptimalkan
Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang
baru, apabila siswa mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru
tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk
menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan
siswa.
4. Mengembangkan
Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun
tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat
meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk
meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal.
Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam
mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan
tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk
mencapai tujuan itu lebih kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan
tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan
unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan
tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun
dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut
motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas
belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap
siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah
kurangnya motivasi belajar siswa. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat
mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada
kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya,
maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
5. Pergunakan Pujian
Verbal
Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”,
yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan
atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang
besar.
6. Pergunakan Tes
dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar
berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan
untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh
dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai
efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
7. Membangkitkan
Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa
ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan
kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa.
Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu
dan hasrat eksplorasi.
8. Melakukan Hal
yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus
dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru
dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga
setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar
dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan
upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama
bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
9. Merangsang
Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit
contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam
belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal,
nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
10. Memanfaatkan
Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi
pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan
seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran
yang baru.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa
jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami
oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di
setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan
belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di
perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan
segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat,
jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat
diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa
yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang
ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang
mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan
bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar
datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan
berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan
belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi
belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya
meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat
berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon
guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
3.2 Daftar Pustaka
Maslow, Abraham
H. Motivasi dan Kepribadian 1. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo. 1994.
Omrod, Jeanne
Ellis. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 2008.
Purwanto,
Ngalim M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakaraya. 1990.
Santrock,
JohnW. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup. 2007.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakaraya.2013.
Wilcox, Lynn.
Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: IRCisoD. 2012.
eprints.undip.ac.id/15599/1/Ferdinand_Kris_Candra.pdf
Anonim: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24885/4/Chapter%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar